Semoga membenci orag tidak dosa. Semoga.
Sebenarnya tidak masalah ketika kamu mengharuskan aku untuk bekerja keras seperti ulat yang hendak keluar dari kepompong. Ulat itu memang tidak membutuhkan bantuan, sekali ia dibantu ia tidak akan bisa terbang seperti keinginannya.
Tapi aku bukan ulat.
Seharusnya kamu mengerti, seharusnya kamu tau. Tidak mungkin aku dapat menyelesaikan semua masalah sendiri. T-i-d-a-k m-u-n-g-k-i-n.
Sebenarnya tidak masalah ketika kamu mengharuskan aku untuk bekerja keras seperti ulat yang hendak keluar dari kepompong. Ulat itu memang tidak membutuhkan bantuan, sekali ia dibantu ia tidak akan bisa terbang seperti keinginannya.
Tapi aku bukan ulat.
Seharusnya kamu mengerti, seharusnya kamu tau. Tidak mungkin aku dapat menyelesaikan semua masalah sendiri. T-i-d-a-k m-u-n-g-k-i-n.
Halo-halo para pembaca setia!
Masih setia nunggu postingan Nan yang nggak penting ini kan? *semoga* *berharap viewers makin nambah*
Setelah beberapa postingan curhatan yang makin menjadi sebelumya, kini saatnya untuk beralih ke postingan yang sedikit santai. Kali ini Na akan membahas tentang transformasi masa SMA ke masa kuliah (re:MABA). Sedikit informasi biasaya para MALA(Mahasiswa Lama) doyan baget godain maba-maba yang masih bening seperti sakura.
Masih setia nunggu postingan Nan yang nggak penting ini kan? *semoga* *berharap viewers makin nambah*
Setelah beberapa postingan curhatan yang makin menjadi sebelumya, kini saatnya untuk beralih ke postingan yang sedikit santai. Kali ini Na akan membahas tentang transformasi masa SMA ke masa kuliah (re:MABA). Sedikit informasi biasaya para MALA(Mahasiswa Lama) doyan baget godain maba-maba yang masih bening seperti sakura.
Jingga,
Karena ini adalah warna tomat yang akan matang. Seperti warna perasaanku saat aku mulai jatuh cinta.
Merah Muda,
Karena jatuh cinta itu seperti pingsan. Tidak menyadari apapun yang terjadi, tetapi saat terbangun kau akan mengerti bahwa kau sudah melewatinya.
Ungu,
Haha, ini adalah warna patah hati. Warna janda. Dan seperti kau tahu, bahwa aku dan kalian pasti pernah patah hati. Pasti.
Magenta,
Karena magenta adalah warna sebuah cinta yang tak mampu diluiskan dengan merah muda.
Hijau,
Kedamaian yang tercipta seolah berhenti disini.
Coklat,
Sama seperti itulah, buatku coklat adalah warna yang paling tak menentu.
Biru,
Kini seperti warna laut, kisahku berhenti sehjenak dikesedihan.
Hitam,
DUKA CITA SEBUAH RASA.
Abu-abu,
Ketika duka kental ini tak lagi terasa dan akhirnya disinilah selama ini aku terperangkap.
Putih,
Aku masih sempat..
Menatap
ujung kacamatamu pada sela-sela riuhnya dunia...
Menatap
senyummu pada menit-menit terakhir.
Memikirkan
sosokmu, tanpa kamu.
Memikirkan
bagaimana aku bisa berjarak lebih dari seperlima dari satu meter.
Bukan sebuah rahasia lagi jika aku benar-benar menulis ini tertuju untukmu.
Jangan kaget ketika tulisan blog abal-abal ini tersanggar di otakmu dan mejadi list untuk kamu baca. Anggap saja, ini curhatan anak yang belum genap berumur 18 th. Sudahlah bilang saja kamu malas menafsirkan kode yang aku beri haha.
Jangan kaget pula ketika kamu melihat beberapa artikel curhatan lawas yang sampai sekarang tidak pernah terakses. Tentu saja orangnya tetap kamu.
Jangan kaget ketika kau dapati lensa-lensa pembidik yang kadang mengganggumu. Itu adalah lensa pengintaiku. Pahamilah. Aku terlalu malu untuk sekedar meminta berfoto denganmu. Jangan dipikir ketika aku bersama temanku aku akan menjadi pemalu seperti ini. Aku telah menjadi pribadi yang berbeda ketika denganmu. Bukan aku tidak mau menunjukkan diriku sendiri, tapi aku terlalu takut jika bersamamu.
Jangan kaget ketika tulisan blog abal-abal ini tersanggar di otakmu dan mejadi list untuk kamu baca. Anggap saja, ini curhatan anak yang belum genap berumur 18 th. Sudahlah bilang saja kamu malas menafsirkan kode yang aku beri haha.
Jangan kaget pula ketika kamu melihat beberapa artikel curhatan lawas yang sampai sekarang tidak pernah terakses. Tentu saja orangnya tetap kamu.
Jangan kaget ketika kau dapati lensa-lensa pembidik yang kadang mengganggumu. Itu adalah lensa pengintaiku. Pahamilah. Aku terlalu malu untuk sekedar meminta berfoto denganmu. Jangan dipikir ketika aku bersama temanku aku akan menjadi pemalu seperti ini. Aku telah menjadi pribadi yang berbeda ketika denganmu. Bukan aku tidak mau menunjukkan diriku sendiri, tapi aku terlalu takut jika bersamamu.
Halo-halo pembaca setia!!!
emang punya? *abaikan*
Lama nggak update di blog rasanya seperti...dihantui ribuan inspirasi tapi mumet di kepala. haha.
Lama nggak nge-post soalnya lagi sibuk galauin kuliah nih, bukan galauin mantan pacar yang sampai sekarag masih gagal move-on *curhat deh*
Sebenarnya tujuan nulis blog ini sih simpel aja, biar dikata gak usang aja ini bloh haha. Btw, sedikit cerita nih soal masalah kuliah. Sekarang aku resmi jadi mahasiswa Universitas Negeri Malang. Entah takdir Tuhan ini terasa aneh sekali. Seakan aku masih belum percaya sepenuhnya haha.
emang punya? *abaikan*
Lama nggak update di blog rasanya seperti...dihantui ribuan inspirasi tapi mumet di kepala. haha.
Lama nggak nge-post soalnya lagi sibuk galauin kuliah nih, bukan galauin mantan pacar yang sampai sekarag masih gagal move-on *curhat deh*
Sebenarnya tujuan nulis blog ini sih simpel aja, biar dikata gak usang aja ini bloh haha. Btw, sedikit cerita nih soal masalah kuliah. Sekarang aku resmi jadi mahasiswa Universitas Negeri Malang. Entah takdir Tuhan ini terasa aneh sekali. Seakan aku masih belum percaya sepenuhnya haha.
Tuhan, biarkan aku meminta.
Di atas sajadah ini,
aku menerangkan rangkian kata untuk aku harapkan padaMu.
Di seling air mata ini,
aku merapal syahadat hidupku yang kadang tak kumengerti.
Di antara tengadah tangan ini,
aku berpengharap padamu. Berpengharap yang menurutku adalah indah.
Di atas sajadah ini,
aku menerangkan rangkian kata untuk aku harapkan padaMu.
Di seling air mata ini,
aku merapal syahadat hidupku yang kadang tak kumengerti.
Di antara tengadah tangan ini,
aku berpengharap padamu. Berpengharap yang menurutku adalah indah.
Engkaulah gulita yang memupuskan segala batasan dan alasan
Engkaulah penunjuk jalan menuju palung kekosongan dalam
samudera terkelam
Engkaulah sayap tanpa tepi yang membentang menuju tempat
tak bernama, tetapi terasa ada
Engkaulah kilatan cahaya yang menyapulenyapkan segala jejak
dan bayang
Engkaulah bentangan sinar yang menjembatani jurang
antara duka mencinta dan bahagia terdera
Engkaulah terang yang kudekap dalam gelap saat bumi
bersiap diri untuk selamanya lelap
Kali ini, akan kusampaikan padamu. Pada kalian. Tentang
cinta. Tentang cerita negeri bernama senyuman dan hujan yang kau sebut air
mata...tentang itu.
Sudah genap delapan minggu senyum ini tertanggal pada bibir
kering ini. Dan sudah genap 421 hari dia tidak pernah tau tentang itu. Dia
bahkan tidak mau menengok pada wajah usangku. Dan aku? Aku hanya diam.
Diam-diam menceritakan ini lewat curhatan dungu pada salah satu temanku. Aku
tau, aku terlampau hina untuk mendambakan rasa yang lebih dari itu, pertemanan.
"Terimakasih Tuhan, telah
sampai dengan selamat Adam as di sini, bumi"
sudah ribuan dekade atau sudah
pasti abad berlalu ketika makhluk 'sempurna' itu tercipta. Dan sudah pasti
saraf yg terlalu sensitif untuk sekedar kau sentuh itu sudah terhubung. Dan
sudah pasti rasa yang dengan tanpa sadar kau Tuhankan atas logika itu sudah
mulai menguncup. Menebarkan gelitik wewangian dan letupan.
Sebut saja makhluk itu Manusia.
Dalam sebuah dimensi yang hampir millenium manusia belajar. Mulai dari menangis
hingga membuat tangis.
Karena ketika dia datang, ada kabar
tersembunyi yang tiba-tiba merayap pada hati.
Ingin ditebak-tebak. Seperti halnya menunggumu, mengetikkan beberapa tuts keyboard di sosial media.
Ingin ditebak-tebak. Seperti halnya menunggumu, mengetikkan beberapa tuts keyboard di sosial media.
Karena ketika dia datang, ada kabar tersembunyi yang tiba-tiba merayap pada hati.
Ingin diterka-terka. Seperti halnya senyummu. Manis, namun kadang sakit ketika melihatnya.
Karena ketika dia datang, ada sebuah harapan untuk sebagian hati yang masih terluka. berharap-harap cemas disembuhkan oleh kedatangannya.
Tapi kau tahu? ketika dia tiba-tiba
pergi dengan biasanya. Dengan harapan tanpa rasa sakit yang menyayat. Dengan
harapan cinta yang tertanggal pada hati kupu-kupu itu.
Ketika itu aku hanya bisa meratap. Bukan meratap sedih, bukan juga meratap kecewa. Aku tidak tahu ini aku meratap apa. Aku tidak memungkiri ketika ada celah kosong terasa pada hati. Lain dengan naluriku yang enggan mengakuinya.
Ketika itu aku hanya bisa meratap. Bukan meratap sedih, bukan juga meratap kecewa. Aku tidak tahu ini aku meratap apa. Aku tidak memungkiri ketika ada celah kosong terasa pada hati. Lain dengan naluriku yang enggan mengakuinya.
Dua tahun yang lalu, angin melaksanakan tugasnya dengan
sangat baik. Dua tahun yang lalu, keadaan dengan indahnya menyenangkan aku.
See? Itu dua tahun yang lalu.