Kids Jaman Now: Generasi Pelurus Bangsa yang Kadang Salah Kaprah atau Salah Judging Manusia?

By Nanda Septania - April 09, 2018




Hay. I'm back again
Sekian lama sampai ganti tahun blog ini terbengkalai, akhirnya posting jugak! Dan sesuai request salah satu teman aku, membahas masalah yang sempat viral beberapa saat lalu, tapi sekarang......ah sudahlah. Simak aja!

Setelah melewati beribu ‘zaman’ di dunia terutama Indonesia, ya karena Indonesia memiliki banyak sekali istilah peradaban zaman. Mulai dari zaman dahulu, zaman pakai bahasa ‘uvuvevevovo’ buat bilang kata ‘ueo’, zaman ditinggal tanpa alasan, sampe yang lagi in sekarang ‘zaman now’.

Bagi warganet (re: netizen, citizen), bukanlah suatu yang asing bila kolom komentar segala social media mulai dari instagram, twitter hingga facebook penuh dengan embel-embel ‘zaman now’. Menurut feed.merdeka.com kemunculan istilah ‘zaman now’ kali pertama disebabkan oleh istilah ‘kids jaman now’ yang di posting oleh akun social media facebook yang merupakan akun palsu dari Kak Seto, pemerhati anak indonesia. Hingga sekarang penggunaan istilah itu mulai bergama, mulai dari guru zaman now, gubernur zaman now dan masih banyak lagi.

Sebenarnya istilah ini mengandung banyak ‘anu’ alias penafsiran dan sedihnya penafsiran yang paling sering digunakan oleh manusia yang katanya ‘memiliki pendidikan lebih baik’ ketimbang manusia yang jadi pembanding mereka adalah penafsiran yang berkonotasi negatif. Zaman now sering diidentikkan dengan anak-anak sekarang yang terpengaruh perkembangan zaman ke arah negatif. Mulai dari berdua-duaan, gelap-gelapan sampai terang-terangan menunjukkan di netizen, seperti istilah awalnya ‘Kids Jaman Now’ haus akan perhatian netizen.

Karena fenomena ini, masyarakat awam yang ‘kelihatannya’ tidak mau tau sehingga tidak tau menjuluki mereka dengan konotasi ‘dewasa sebelum waktunya’. Konotasi ini memang menjadi ambigu ketika ‘dewasa sebelum waktunya’ digunakan untuk menggambarkan anak seperti Cavalin. FYI saja, siapa sih yang tidak iri dengan Cavalin? Di umur yang sekiranya driving lisence saja belum memenuhi, namun sudah bekerja di NASA. Bandingkan saja dengan ‘kids jaman now’ yang berdua-duaan, titit masih seumur jagung tumbuh udah punya anak atau kalau masih ingat anak SD sudah panggil mama-papa, padahal kan main gundu aja baru bisa.

 Menengok kembali dari judul  ‘Generasi Pelurus Bangsa’ kalau dipadankan dengan ‘kids jaman now’ yang empat belas tahun sudah punya anak dan istri, memangnya mau diluruskan kemana bangsa ini?

Sik, coba kita lihat potret ‘kids jaman old’ yang masih lugu dan polos.
Hayo adek capa nih?



  • Share:

You Might Also Like

0 comments