I Miss.....i dont no.

By Nanda Septania - October 11, 2013


Bulan.
turunlah perlahan ke tempatku duduk termenung kini. Turunlah dan bawakan aku angin kebebasan yang entah Tuhan sembunyikan dimana. Tapi jangan kau bawa kesesakan yang menyiksa, layaknya kehidupan manusia yang kau sinari tiap malam itu.
Entah dimana mereka itu belajar dan pada siapa, aku tak ingin tau.


Bulan..
turunlah aku ingin bercerita. Kukira manusia sudah tuli dan jenuh mendengar ceritaku. Turunlah dan duduk diamlah disampingku. Kuharap kau siapkan sekotak tisu dan segelas air putih. Dan dengarkan....aku punya dua sahabat anak manusia. Mereka istimewa. Setiap waktu, entah itu tahun, bulan, hari, jam, menit atau bahkan detik aku dan mereka tertawa bahagia bersama. Menertawakan satu sama lain. Berjalan di atas kapling yang sama dan saling bercerita satu sama lain. Katakan saja bulan, aku dan mereka bahagia...sebentar! Jangan kau tersenyum dulu mendengar ceritaku. Baiknya kau siapkan dulu tisu dan air putihmu jika nanti kau sudah tak tahan lagi, kumohon kau tetaplah disini. Kukira kau sudah tak sabar ingin mendengarnya. "mulailah" katamu....

Aku ragu badai topan tak melirik jalinan hubungan persahabatan aku dan mereka. Beberapa masa kemudian aku merasa badai itu semakin kuat. Entah mereka atau entah aku jadi jarang tertawa lagi. Jarang berkeluyuran untuk hal yang menyenangkan tp tak penting. Jarang bercengkrama untuk hal apapun. Jarang saling mengolok satu sama lain. Jarang bersandar pada tiap-tiap bahu lagi. Jarang untuk tersenyum berangkulan dan saling menautkan janji lagi. Atau bahkan bisa kubilang jarang menatap. Atau tak pernah? Aku tidak tau. Semua lapuk dimakan waktu bulan...entahlah. Aku yang menganggap mereka tak ada atau justru aku hanya anai-anai bagi mereka. Aku sering atau bahkan selalu? Menatap mereka dari jauh untuk melepas rindu. Ah kau sudah habis brapa tisu bulan? Dan air putihmu telah habis? Dan kau ingin kembali? Kembalilah. Kembalilah ke atas sana dan aku ingin menitipkan sesuatu pada Tuhan. Aku titip harapan. Harapan badai topan itu pergi ke neraka sana agar tonggak aku dan mereka masih berdiri kokoh. Aku sudah cukup lelah merasa terbengkalai seperti ini. Aku sudah terlampau rindu melakukan hal yang tak penting dengan mereka. Apa karena kedewasaan menuntut mereka melupakan semua hal menyenangkan dalam semesta ini? Ah entahlah.


Selamat jalan bulan, jangan lupa sampaikan harapan itu pada Tuhan. Aku rindu.....entahlah.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments