Bulan.
turunlah perlahan ke tempatku duduk termenung kini.
Turunlah dan bawakan aku angin kebebasan yang entah Tuhan sembunyikan dimana.
Tapi jangan kau bawa kesesakan yang menyiksa, layaknya kehidupan manusia yang
kau sinari tiap malam itu.
Entah dimana mereka itu belajar dan pada siapa, aku tak
ingin tau.
Bulan..
turunlah aku ingin bercerita. Kukira manusia sudah
tuli dan jenuh mendengar ceritaku. Turunlah dan duduk diamlah disampingku.
Kuharap kau siapkan sekotak tisu dan segelas air putih. Dan dengarkan....aku
punya dua sahabat anak manusia. Mereka istimewa. Setiap waktu, entah itu tahun,
bulan, hari, jam, menit atau bahkan detik aku dan mereka tertawa bahagia
bersama. Menertawakan satu sama lain. Berjalan di atas kapling yang sama dan
saling bercerita satu sama lain. Katakan saja bulan, aku dan mereka
bahagia...sebentar! Jangan kau tersenyum dulu mendengar ceritaku. Baiknya kau
siapkan dulu tisu dan air putihmu jika nanti kau sudah tak tahan lagi, kumohon
kau tetaplah disini. Kukira kau sudah tak sabar ingin mendengarnya.
"mulailah" katamu....
Aku ragu badai topan tak melirik jalinan hubungan
persahabatan aku dan mereka. Beberapa masa kemudian aku merasa badai itu
semakin kuat. Entah mereka atau entah aku jadi jarang tertawa lagi. Jarang
berkeluyuran untuk hal yang menyenangkan tp tak penting. Jarang bercengkrama
untuk hal apapun. Jarang saling mengolok satu sama lain. Jarang bersandar pada
tiap-tiap bahu lagi. Jarang untuk tersenyum berangkulan dan saling menautkan
janji lagi. Atau bahkan bisa kubilang jarang menatap. Atau tak pernah? Aku
tidak tau. Semua lapuk dimakan waktu bulan...entahlah. Aku yang menganggap
mereka tak ada atau justru aku hanya anai-anai bagi mereka. Aku sering atau
bahkan selalu? Menatap mereka dari jauh untuk melepas rindu. Ah kau sudah habis
brapa tisu bulan? Dan air putihmu telah habis? Dan kau ingin kembali?
Kembalilah. Kembalilah ke atas sana dan aku ingin menitipkan sesuatu pada
Tuhan. Aku titip harapan. Harapan badai topan itu pergi ke neraka sana agar
tonggak aku dan mereka masih berdiri kokoh. Aku sudah cukup lelah merasa
terbengkalai seperti ini. Aku sudah terlampau rindu melakukan hal yang tak
penting dengan mereka. Apa karena kedewasaan menuntut mereka melupakan semua
hal menyenangkan dalam semesta ini? Ah entahlah.
Selamat jalan bulan, jangan lupa sampaikan harapan itu pada
Tuhan. Aku rindu.....entahlah.